Ini cerpen asli bikinan saya, dulu ada tugas dari BM bikin cerpen, karena krisis inspirasi saya ambil aja dari kehidupan terdekat. Ini pengalaman saya tapi dibumbui agar menjadi menarik. Maaf kalo cerpennya jelek.Saya emang ga punya bakat menulis.
Selamat menikmati...
------------------------------------------------------------------
Kehidupan Dema memang biasa saja, ia adalah anak berumur 12 tahun yang sangat menyukai pelajaran Matematika. Dia tergolong pintar dalam mata pelajaran berhitung tersebut, untuk menunjang nilainya dia mengikuti kursus diluar jam pelajaran sekolahnya. Dia semangat menjalani kursus tersebut karena sesuai dengan kesukaannya, nilainya pun di sekolah semakin lama semakin baik. Dema pun memiliki banyak target setelah mengikuti kursus itu, seperti menjadi peringkat pertama di kelasnya dan menjadi lulusan atau Completer tempat kursusnya.
Karena yakin dengan targetnya, Dema pun berkata pada Ibunya "BU, beberapa bulan ke depan adik pasti lulus kursus", Ibunya kaget dan menjawab "Wah cepat sekali, padahal levelnya masih jauh" Dema pun dengan yakin berkata "Adik bisa kalau adik mau" ibunya pun tersenyum. Dema sangar yakin kalau dia akan menjadi Completer berikutnya.
Setiap hari Ibunya selalu mengingatkan untuk mengerjakan pr-nya, Dema pun tak pernah lupa mengerjakannya. Di tempat kursusnya grafik perkembangannya sangat melaju pesat, dia terus mendapat pujian dari pembimbingnya di sana. Pembimbingnya pun mengatakan bahwa beberapa bulan ke depan jika grafiknya terus seperti ini, ia akan menjadi completer berikutnya.
Memasuki masa SMP dema berubah, teman-temannya pun berbeda dengan teman SD nya dulu, karena perubahan teman dan lingkungan Sifat Dema pun berubah, dia tak lagi serajin dulu dan tak lagi memperolah nilai bagus seperti sebelumnya.
Tapi, lama kelamaan entah kenapa Dema mulai berasa bosan dan malas untk mengerjakan pr dan tugasnya yang lain. Ia pun suka mencontek dan berbohong di tempat kurusunya. Pembimbingnya berkata "target kelulusanmu harus diundur karena grafikmua makin lama makin menurun" mendengar Perkataan pembimbingnya Dema pun sadar dan kecewa berat dengan perubahan sikapnya.
Karena kecewa Dema pun kembali ke jalur yg benar, kembali giat mengerjakan pr-nya, beberapa bulan berlalu, pelajaran di kursusnya pun semakin sulit karena dia mengerjakan pelajaran jauh di atas tingkatan kelasnya namun, pembimbingnya terus memberi dukungan dan membantunya jika ada kesulitan. Ibunya pun tak oernah tak memberi dukungan.
Tiba saatnya tes terakhir, tes penentu kelulusan. Walau dia tidak langsung berhasil di percobaan Tes pertama, dia berhasil di Tes ke tiga dan mengerjakannya dengan waktu yg ditentukan, dia beranggap bahwa Edison butuh 1000x percobaan, kenapa dia tidak?. Saat diumumkan Dema dinyatakan lulus sebagai completer di tempat kursusnya. Dia bersama COmpleter lainnya pun berangkat ke Jepan, ke kantor pusat tempat kursusnya. Dia berkata pada dirinya " saya melakukannya karena bisa, saya bisa karena saya ingin melakukannya ".
-----------------------------------------------------------------
Maaf kalo cerpen saya rada jelek, karena saya murni bukan penulis dan tak ada bakalt untuk penulis, dibaca saja. Ambil amanat dan point penting lainnya. Banyak yg saya bumbui dengan fiktif belaka agar menarik, nama tokohnya pun tak jauh beda. Terima kasih
Aku mau, Aku bisa
7:43:00 PM |
Label:
My true Story.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Hitler-Braun
Swastika

4 komentar:
wah pengalaman nyata nih kayaknya :p
iya dong :P
lo ke jepang bli ?
nggak kok, tapi kalo kepilih sih bisa aja.
Posting Komentar